You are here
KEPALA PUSAT MITIGASI BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM UNY HADIRI UNDANGAN KETUA IKATAN PENGKAJI LINGKUNGAN HIDUP INDONESIA (INKALINDO) DPW DIY DALAM ACARA TALKSHOW “BATIK JOLAWE: KEBUDAYAAN DAN LINGKUNGAN”
Primary tabs

Senin, 26 Juni 2023 Kepala Pusat Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Dr. Tien Aminatun, S.Si., M.Si. diundang oleh Ketua Ikatan Pengkaji Lingkungan Hidup Indonesia (INKALINDO) DPW Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk menghadiri acara talkshow bertema “Batik Jolawe: Kebudayaan dan Lingkungan”, yang bertempat di Ndalem Pakuningratan (ASDRAFI), Sompilan Ngasem 12, Kadipaten Kraton, Kota Yogyakarta. Acara yang diselenggarakan pada pukul 19.00 – 21.30 WIB ini merupakan kerja sama antara INKALINDO DPW DIY dan Asosiasi Antropolog Indonesia (AAI) Pengda DIY, yang didukung oleh Lions Club Yogyakarta Manggala Mataram serta Teater Wanito Ngunandiko.
Talkshow menghadirkan empat pembicara, yaitu; Drs. Dedi H. Purwadi (Founder Batik Jolawe), Prof. PM. Laksono (purna tugas Guru Besar Antropologi UGM), Drs. Bambang Praswanto, M.Sc (Dewan Penasehat INKALINDO DIY) dan Drs. Sugeng Darmanto (Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta), dengan moderator Dr. Ina Sita Nur’aina, M.Hum (Ketua INKALINDO DPW DIY). Sebelum acara talkshow dimulai, ditampilkan tari “canting batik” yang menggambarkan proses pembuatan batik, serta peragaan busana batik hasil karya “Batik Jolawe” yang cantik dengan pewarna alam.
Tema talkshow ini diangkat berawal dari keprihatinan akan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan akibat dari pemakaian zat warna sintetis dalam proses pewarnaan kain batik yang banyak mengandung logam berat. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengatasi masalah lingkungan yang bersumber dari industri batik rumahan yang banyak berkembang di Yogyakarta tersebut.
Budaya batik dengan motif-motif penuh makna simbolik merupakan budaya adiluhung warisan leluhur, yang dulu pada awalnya proses pewarnaannya menggunakan warna-warna alam yang berasal dari tumbuhan. Menurut Drs. Dedi H. Purwadi “Batik Jolawe” telah lama memulai langkah untuk kembali ke warna-warna alam. Jolawe atau jalawe sendiri adalah nama tumbuhan dengan nama ilmiah Terminalia bellirica (Gaertn.) Roxb. merupakan sumber pewarna alami karena mengandung tanin dan distribusi warna yang dihasilkan mengarah ke merah-coklat. Kulit buah jalawe sebenarnya sudah banyak digunakan masyarakat lokal sebagai pewarna batik, akan tetapi penggunaannya masih belum meluas. Selain jalawe, sebenarnya masih banyak bahan-bahan alam yang mengandung tanin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami, seperti ampas teh, kulit secang, rimpang kunyit, dan lain-lain. Semua itu berpotensi untuk dikembangkan menjadi perwarna alam dalam industri batik.
Selain terkait pemakaian pewarna sintetis yang membahayakan lingkungan dan kesehatan karena kandungan logam beratnya, industri batik juga boros sumberdaya air terutama dalam proses pelorotan malam (lilin pembuat batik). Hal ini disinggung oleh salah satu pembicara, yaitu Drs. Bambang Praswanto, M.Sc. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode pelorotan yang hemat air dengan melakukan recycling limbah cair hasil pelorotan malam tersebut. Dengan demikian, industri batik melibatkan aspek kebudayaan maupun lingkungan, sesuai tema talkshow tersebut yaitu “Kebudayaan dan Lingkungan”. Pusat Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim UNY diundang dalam acara talkshow ini karena selain konsen dalam bidang lingkungan juga diminta memberikan sumbang saran dalam sesi diskusi setelah keempat pembicara tampil.
Contact Us
Copyright © 2025,